Assalamualaikum, my dear sister in Islam.
When I was browsing videos on Youtube, I accidentally found a video which titled "Narasi Detik detik menjelang perginya kekasih Allah". It's the narrative video when Rasulullah (PBUH) was about to die.
I was so touched and couldn't stand to hold my tears.
 Here is the text of this video in Bahasa Indonesia. Because the video is in Bahasa Indonesia too.

 Here is the text of this video in Bahasa Indonesia. Because the video is in Bahasa Indonesia too.Ada sebuah kisah tentang  totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi  itu, meski langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan  mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan  petuah, 
"Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta  kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Ku wariskan dua hal  pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku,  berarti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan  bersama-sama masuk surga bersama aku." 
 Khutbah  singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh  menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan  berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya.  Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam.  Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan  meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu.
 Manusia  tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu  semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah  yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang  hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.
Matahari  kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya,  Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan  membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba dari luar  pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam.
"Bolehkah  saya masuk?" tanyanya. 
Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,  "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan  dan menutup pintu. 
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu  dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah  hendak dikenang.
"Ketahuilah,  dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan  pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah.
Fatimah  pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi  Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian  dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia  menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. "Jibril, jelaskan  apa hakku nanti dihadapan Allah? " tanya Rasululllah dengan suara yang  amat lemah. 
"Pintu-pintu  langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga  terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tak  membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak  senang mendengar kabar ini? " tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku  bagaimana nasib umatku kelak?" "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku  pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa  saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya," kata Jibril. 
Detik-detik  semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah  ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat  lehernya menegang. 
"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Lirih  Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk  semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga  kaupalingkan wajahmu Jibril?"
Tanya  Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega,  melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril. 
Sebentar kemudian  terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi.  "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini  kepadaku, jangan pada umatku".
 Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan  dadanya sudah tak bergerak lagi.
Bibirnya  bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan  telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanukum, peliharalah  shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu." Di luar pintu tangis  mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah  menutupkan tangan diwajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke  bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.
"Ummatii,  ummatii, ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku" 
Dan, pupuslah kembang  hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? 
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wasalim 'alaihi. Betapa  cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim  lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya,  seperti Allah dan RasulNya mencinta kita. Karena sesungguhnya selain  daripada itu hanyalah fana belaka.
Truly, I couldn't stop my tears. How huge The Prophet's love to us. Till his last breathed, just ummatii.. ummatii (my people.. my people..)that came out of his mouth. He was really worried about us.
Now, just look at ourselves. Have we loved him as well as he loves us?
Truly we've wronged ourselves. What will we say in front of him in yaumil akhir later?
Shollu 'alaa Muhammad!
Wassalamualaikum,
Siti Fatimah Zahra

0 comments:
Post a Comment
Thank you for reading. Please leave your comments here :)